08 December 2009

.... [judulnya apa ya]

tadi malam, di elshinta TV ada acara Hati Nurani yang menceritakan dua
anak kembar perempuan yang menderita kelainan di kakinya akibat polio,
serta matanya yang agak kurang baik. Elda dan Elsa, telah ditinggalkan
ayahnya yang malu akan keduanya, dan akhirnya dirawat oleh neneknya.
penghasilan ketiganya ditopang oleh ibu anaknya yang bekerja sebagai
buruh.

diceritakan dari sudut pandang neneknya yang dipanggil oleh para
tetangganya sebagai Nenek Cacat, keinginan kuat Elda dan Elsa untuk
sekolah, yang sayangnya hanya bisa Elsa saja yang masuk karena masalah
biaya. Elda, hanya masuk ke taman pengajian anak-anak di masjid dekat
rumah mereka. setiap pagi mereka berjalan tertatih karena struktur
kaki yang tidak sempurna, menyusuri gang dan jalan, dengan bertumpu
pada dinding, pagar, dan sandaran lain untuk berjalan. terkadang
mereka saling berpegangan tangan, supaya tidak jatuh saat berjalan.

terus terang, saya kalau menonton yang beginian, kadang-kadang gak
sampai akhir nontonnya. kadang gak tega, tapi lebih sering karena
males banget. tapi kebetulan, ada Aida, putri 4 tahun saya, sedang
menemani nonton. dan dia sepertinya serius melihatnya.
saat melihat Elda dan Elsa berjalan ke sekolah, tiba-tiba Aida
berkata, "Ayah, aku sedih sekali melihat kakak susah berjalan ke
sekolah". Saya lihat ada genangan air mata di matanya, benar-benar
sedih sepertinya. Beberapa komentar atau pertanyaan lain seperti
"Ayah, lihat mainannya jelek",
"Ayah, itu kenapa jalannya seperti itu, lalu matanya gak lurus?",
"Ayah, yatim itu kan tidak punya ayah, apa juga tidak punya bunda?",
"Ayah, lihat sekolahnya deh, kok kayak gitu?"
"Ayah, lihat kakak hebat mau disuruh neneknya beli makanan ke warung"

Saya sendiri gak tahan ikutan super terharu. Kok bisa ya anak kecil
bisa ngerti sedih. Seharusnya anak kita sering diajak melihat
misfortunates di sekeliling kita. Atau jangan-jangan malah kita, orang
tua, yang seharusnya sering melihatnya.

Setelah acara selesai, saya mengajak anak saya untuk merayakan ulang
tahunnya nanti, bersama anak-anak yatim. Aida setuju mengiyakan. Tapi
yang membuat saya terkejut, dia mengusulkan untuk menyerahkan uang
tabungannya untuk panti asuhan di dekat rumah. Dia sendiri yang
mengambil celengannya, lalu memperlihatkan kepada saya betapa banyak
uangnya (kebanyakan koin sih hehehe, dia sendiri taunya cuma banyak
dan sedikit), dan ingin menyerahkan sendiri uang tersebut. "Seperti
waktu Idul Adha kemarin, kita potong kambingnya, lalu dibagikan ke
orang miskin dan anak yatim, supaya ikut senang"

hihi, jadi sharing yah, maaf :).
ayah, bunda, ayo jangan malu untuk tidak merayakan ulang tahun anaknya
di sekolah. rayakan dengan hal yang berbeda sekali-sekali, ajak
anaknya merayakan bareng anak yatim, anak jalanan, dan lain-lain.
walau rasanya klise, kepekaan sosial musti ditanamkan sedari dini.

No comments: